BeritaBijak-Dialog Akar, Selasa (24/06/2025). Polemik seputar peran Iran dalam konflik yang melibatkan Israel dan Palestina seringkali memicu perdebatan sengit. Narasi yang menyebut “Iran tidak membela Palestina,” “Iran negara Syiah munafik,” atau “penyebab perang ini adalah karena Iran bersikeras membuat nuklir,” telah menjadi seruan yang sering kita jumpai di sosial media. Namun, apakah benar sesederhana itu? Artikel ini mencoba melihat lebih jauh, bahwa dalam realitas geopolitik yang kejam, perang yang dilakukan Iran saat ini, di tengah riuhnya konflik di Timur Tengah, sejatinya adalah sebuah pertarungan eksistensial untuk dirinya sendiri.
Peradaban Islam Syiah yang Terpinggirkan Membuktikan Diri
Selama puluhan tahun, Iran hidup di bawah bayang-bayang sanksi dan boikot global. Sebagai negara mayoritas Syiah di tengah dominasi Sunni dan seringkali dihadapkan pada kritik bahkan dari sesama Muslim, Iran kerap merasa terisolasi. Dalam kondisi demikian, ambisinya untuk mengembangkan teknologi nuklir—meskipun menjadi sumber ketegangan internasional—dapat dibaca sebagai manifestasi dari keinginan untuk membuktikan diri. Ini adalah pernyataan bahwa sebuah peradaban Islam, meski minoritas dalam mazhab tertentu dan diasingkan, memiliki kapasitas untuk mencapai kemajuan teknologi yang signifikan, bahkan yang paling sensitif sekalipun.
Ini bukan semata-mata tentang bom, melainkan tentang kedaulatan, martabat, dan kemampuan untuk berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) di hadapan kekuatan dunia yang selama ini mendikte. Bagi Teheran, proyek nuklir adalah simbol perlawanan dan kemampuan mereka untuk membangun kekuatan sendiri, di luar kerangka yang ditetapkan oleh Barat.
Perang demi Kelangsungan Hidup: Bukan Hanya untuk Palestina
Memang benar, Iran telah lama menyuarakan dukungan untuk Palestina dan mendukung kelompok-kelompok perlawanan seperti Hamas dan Hizbullah. Namun, alih-alih melihatnya semata-mata sebagai pembelaan altruistis terhadap Palestina, banyak analis menganggapnya sebagai bagian dari strategi geopolitik Iran untuk memperkuat pengaruhnya di kawasan dan menciptakan “zona penyangga” terhadap ancaman yang dirasakan dari Israel dan Amerika Serikat.
Ketika Iran berhadapan dengan Israel, ini adalah pertarungan antara dua kekuatan regional yang saling bersaing untuk dominasi dan keamanan. Iran memahami bahwa kekalahan atau keruntuhan rezimnya di tengah konflik akan memiliki konsekuensi yang jauh lebih besar daripada hanya perubahan politik internal. Ini adalah upaya mempertahankan keberadaan sistem politik dan identitas nasionalnya di tengah tekanan yang masif.
Dampak Kekalahan: Ancaman bagi Seluruh Dunia Islam
Jika Iran kalah atau secara signifikan melemah dalam konfrontasi ini, dampaknya bisa sangat mengerikan dan tidak terbatas pada perbatasan Iran. Sejarah menunjukkan bagaimana ketidakstabilan di satu negara besar dapat menciptakan efek domino di seluruh wilayah. Bangsa-bangsa Muslim di sekitarnya, yang mungkin selama ini merasa “aman” karena adanya keseimbangan kekuatan regional (bagaimanapun rapuhnya), bisa menjadi korban berikutnya.
Ketiadaan Iran sebagai kekuatan penyeimbang (atau setidaknya kekuatan yang menantang hegemoni tertentu) berpotensi membuka pintu bagi dominasi kekuatan lain yang mungkin memiliki agenda lebih jauh di kawasan. Ancaman eksistensial yang dirasakan oleh Iran diperkuat oleh retorika keras dari lawan-lawannya, yang mengukuhkan pandangan Teheran bahwa ini adalah pertarungan untuk kelangsungan hidup peradaban mereka sendiri di tengah lanskap geopolitik yang tidak bersahabat.
Kesimpulan: Perang Eksistensial di Tengah Badai Geopolitik
Pada akhirnya, Ini adalah pertarungan yang jauh lebih kompleks, sebuah cerminan dari perjuangan Iran untuk menegaskan eksistensinya, melindungi kepentingannya, dan mempertahankan posisi di panggung dunia, setelah sekian lama hidup dalam isolasi dan ancaman. Konflik ini adalah manifestasi dari dinamika kekuatan regional dan global yang saling tarik-menarik, di mana setiap aktor, termasuk Iran, bergerak berdasarkan perhitungan strategis demi kelangsungan hidup dan cita-cita jangka panjangnya.
Selamat datang di Ber-DIKARI (Ber Dialog Akar)! Di ruang ini, kami membagikan artikel-artikel yang menggali esensi isu sosial. Mari bersama-sama berdialog, mencari pemahaman yang mendalam, dan menemukan akar dari setiap permasalahan. Mari Ber-DIKARI!
Dibuat Oleh : Banar (Penulis lepas waktu)
+ There are no comments
Add yours