Di Balik Mata yang Terpejam: Mengungkap Misteri Medis Dunia Koma

5 min read

Berita Bijak – DIKARI, (20/07/2025). Kepergian “Pangeran Tidur” Arab Saudi, Al-Waleed bin Khaled, pada Juli 2025 setelah 20 tahun dalam kondisi tak sadarkan diri, kembali menyalakan perbincangan global tentang salah satu kondisi paling misterius dalam dunia kedokteran: koma. Di balik keheningan ruang perawatan, di antara bunyi monoton mesin penunjang kehidupan, ada pertanyaan besar: Apa yang sebenarnya terjadi di dalam pikiran mereka? Apakah ini sekadar tidur yang sangat panjang, atau sebuah dunia lain yang tak terjamah?

Artikel ini akan membawa Anda melampaui gambaran di film untuk memahami apa yang dikatakan sains tentang realitas medis mereka yang terjebak dalam kondisi ini.

Apa Sebenarnya Koma? Bukan Sekadar Tidur

Secara medis, koma bukanlah tidur. Tidur adalah proses alami di mana otak tetap aktif, memproses memori, dan dapat dengan mudah dibangunkan oleh rangsangan. Sebaliknya, koma adalah keadaan tidak sadar yang dalam (profound unconsciousness) di mana seseorang tidak dapat dibangunkan dan tidak menunjukkan respons yang berarti terhadap rasa sakit, cahaya, atau suara.

Penyebabnya adalah kerusakan atau gangguan parah pada bagian otak yang bertanggung jawab atas kesadaran. Bayangkan ada sebuah “saklar utama” di otak yang disebut Sistem Aktivasi Retikuler (Reticular Activating System/RAS). Sistem inilah yang mengatur siklus bangun dan tidur kita. Pada pasien koma, “saklar utama” ini sedang dalam posisi ‘mati’ akibat cedera kepala berat, stroke, tumor otak, keracunan, atau kekurangan oksigen.

Penting untuk membedakan koma dari kematian otak. Pada pasien koma, batang otaknya masih berfungsi, yang berarti fungsi-fungsi vital seperti pernapasan dan detak jantung masih berjalan secara otomatis, meskipun seringkali membutuhkan bantuan mesin.

Spektrum Kesadaran: Dunia Abu-abu di Antara Hidup dan Mati

Koma bukanlah kondisi tunggal yang statis. Ini adalah sebuah spektrum, sebuah perjalanan di mana seorang pasien bisa berada di beberapa tingkatan kesadaran yang berbeda:

  1. Koma Sebenarnya: Ini adalah fase awal yang paling dalam. Mata pasien tertutup, mereka tidak menunjukkan siklus tidur-bangun, dan tidak ada tanda-tanda kesadaran. Fase ini jarang berlangsung lebih dari beberapa minggu.
  2. Kondisi Vegetatif (Vegetative State): Pasien bisa keluar dari koma dan masuk ke kondisi ini. Inilah yang sering disalahartikan sebagai koma berkepanjangan. Cirinya:
    • Mata bisa terbuka dan tertutup, menciptakan siklus “bangun” dan “tidur”.
    • Mereka bisa bernapas sendiri.
    • Bisa menunjukkan gerakan refleks seperti mengerang, mengunyah, atau menggerakkan mata tanpa tujuan.
    • Namun, mereka dianggap tidak memiliki kesadaran terhadap diri sendiri atau lingkungan sekitar. Mereka “bangun” tapi tidak “sadar”.
  3. Kondisi Sadar Minimal (Minimally Conscious State/MCS): Ini adalah satu langkah menuju pemulihan. Pasien menunjukkan tanda-tanda kesadaran yang terbatas tapi pasti. Mereka mungkin bisa:
    • Mengikuti gerakan benda dengan mata.
    • Menjawab pertanyaan “ya/tidak” sederhana dengan kedipan mata atau gerakan jari.
    • Menunjukkan respons emosional yang jelas, seperti tersenyum pada orang yang dicintai.

Dunia ‘Di Dalam’: Bisakah Mereka Mendengar Kita?

Ini adalah pertanyaan yang paling sering menghantui keluarga. Jawabannya, yang didukung oleh semakin banyak bukti ilmiah, adalah: Mungkin sekali, ya.

Studi menggunakan pemindaian otak fMRI telah menunjukkan hasil yang mengejutkan. Dalam sebuah eksperimen terkenal, ilmuwan meminta pasien yang dianggap dalam kondisi vegetatif untuk membayangkan dirinya bermain tenis. Hasilnya, area otak motoriknya menyala persis seperti pada orang sehat. Ini membuktikan bahwa meskipun tubuhnya lumpuh, pikirannya sadar, mampu memahami perintah, dan membayangkan sebuah tindakan.

Banyak penyintas koma melaporkan bahwa mereka bisa mendengar percakapan di sekitar mereka—kata-kata penyemangat dari keluarga, atau sebaliknya, diskusi dokter yang pesimis. Inilah mengapa para ahli medis selalu menekankan pentingnya terus berbicara dan berinteraksi dengan pasien.

Studi Kasus: Martin Pistorius, Si ‘Anak Hantu’ yang Terjebak dalam Pikirannya

Kisah yang paling menggambarkan pengalaman “di dalam” adalah kisah Martin Pistorius dari Afrika Selatan. Pada usia 12 tahun, sebuah penyakit misterius membuatnya kehilangan kemampuan untuk bergerak dan berbicara. Dokter mendiagnosisnya dalam kondisi vegetatif dan mengatakan kepada orang tuanya bahwa ia tak punya kesadaran.

Namun, sekitar 2-3 tahun kemudian, pikiran Martin “bangun”. Ia sepenuhnya sadar, tetapi tubuhnya tetap tak merespons. Selama lebih dari satu dekade, ia terjebak sebagai “hantu” di dalam raganya sendiri.

“Aku sadar akan segalanya, seperti orang normal,” tulis Martin dalam bukunya, Ghost Boy. “Semua orang begitu terbiasa dengan keberadaanku yang ‘tidak ada’ sehingga mereka tidak menyadari ketika aku mulai hadir kembali. Aku terjebak dalam realitas yang sunyi, hanya bisa melihat dan mendengar.”

Ia dipaksa mendengarkan kaset lagu anak-anak Barney berulang kali di pusat penitipan, merasakan keputusasaan saat mendengar percakapan yang menyakitkan, dan berdoa agar seseorang menyadari bahwa ada “seseorang” di dalam sana. Keajaiban datang ketika seorang terapis baru menyadari secercah pemahaman di matanya. Setelah serangkaian tes, dunianya terbuka.

Martin belajar berkomunikasi melalui perangkat komputer yang dikendalikan oleh matanya. Ia kemudian kuliah, mendirikan bisnis, menikah, dan menjadi seorang penulis. Kisahnya adalah bukti nyata bahwa di balik mata yang terpejam, bisa jadi ada pikiran yang berteriak untuk didengar.

Koma tetap menjadi salah satu perbatasan terakhir dalam pemahaman kita tentang otak. Kisah seperti Martin Pistorius mengajarkan kita untuk tidak pernah kehilangan harapan dan selalu memperlakukan mereka yang terjebak di dalamnya dengan cinta dan hormat, karena kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya mereka alami di dunia sunyi mereka.

Dialog Akar (DIKARI) adalah sebuah sesi dimana Berita Bijak ingin mengajak para pembaca untuk berfikir dan berdialog tentang sebuah fenomena atau peristiwa disekitar kita. Dengan adanya sesi ini kami berharap dapat memberikan sebuah dampak positif bagi para pembaca. Mari ber-DIKARI!

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours