Ironi Film “Merah Putih: One for All”: Dibuat untuk Bangsa, Dihujat Warganet

2 min read

Berita Bijak – Nasional, Selasa (12/08/2025). Sebuah film animasi berjudul “Merah Putih: One for All”, yang dijadwalkan tayang pada 14 Agustus 2025 untuk menyambut HUT ke-80 Kemerdekaan RI, justru menjadi pusat kontroversi hebat di media sosial. Alih-alih mendapat sambutan hangat, film ini menuai kritik tajam dari publik bahkan sebelum resmi dirilis.

Kritik berawal dari perilisan trailer resmi film tersebut. Banyak warganet dan pengamat animasi menilai kualitas visual dan gerakan animasi yang ditampilkan sangat kaku, ketinggalan zaman, dan tidak sebanding dengan film-film animasi lokal lainnya yang telah meraih sukses. Kualitas yang dianggap di bawah standar ini menjadi ironis mengingat film ini mengusung tema besar nasionalisme.

Isu Anggaran Fantastis dan Bantahan Keras

Kontroversi semakin memanas dengan menyebarnya isu bahwa film ini menelan biaya produksi hingga Rp 6,7 miliar. Angka ini memicu kemarahan publik yang membandingkannya dengan kualitas visual yang ditampilkan.

Menanggapi hal ini, pihak-pihak terkait memberikan bantahan keras:

  • Produser Film: Toto Soegriwo, selaku produser dari Perfiki Kreasindo, dengan tegas menepis rumor tersebut dan menyebutnya sebagai “fitnah keji”.
  • Pemerintah: Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) juga secara resmi menyatakan bahwa pemerintah tidak memberikan bantuan dana untuk produksi film ini, meskipun mengakui pernah bertemu dengan tim produksi untuk memberikan masukan.

Dugaan Penggunaan Aset Digital Asing

Selain kualitas dan anggaran, kritik tajam juga diarahkan pada dugaan penggunaan aset digital (stock assets) yang sudah jadi dari luar negeri. Beberapa warganet menelusuri dan menemukan adanya set adegan yang diduga kuat merupakan aset digital bertema “Jalanan Mumbai”, yang dinilai tidak mencerminkan latar Indonesia. Hal ini mempertanyakan orisinalitas dan “rasa Indonesia” dari film yang justru bertema kebangsaan.

Cerminan Ekspektasi Publik yang Tinggi

Terlepas dari polemik yang terjadi, fenomena ini menjadi cerminan bahwa penonton Indonesia kini memiliki ekspektasi dan literasi yang semakin tinggi terhadap karya kreatif. Publik tidak lagi hanya menerima karya berdasarkan tema nasionalismenya, tetapi juga menuntut kualitas produksi yang mumpuni. Kasus “Merah Putih: One for All” telah menjadi studi kasus signifikan tentang manajemen ekspektasi, komunikasi krisis, dan standar kualitas dalam industri kreatif Indonesia modern.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours