Kebijakan Baru Trump Mulai Pukul Ekonomi AS, Data Terbaru Picu Kekhawatiran Resesi

2 min read

Berita Bijak – Internasional, Senin (04/08/2025). Serangkaian data ekonomi terbaru Amerika Serikat (AS) yang dirilis pada awal Agustus 2025 menunjukkan tanda-tanda pelemahan yang signifikan. Kondisi ini memicu kekhawatiran di kalangan investor dan analis bahwa kebijakan perdagangan proteksionis yang kembali diterapkan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump mulai memukul balik ekonomi negara adidaya tersebut.

Data yang menjadi sorotan utama adalah Indeks Manajer Pembelian (PMI) sektor manufaktur dari Institute for Supply Management (ISM) untuk bulan Juli. Indeks tersebut secara tak terduga jatuh ke level 48,7. Angka di bawah 50 menandakan terjadinya kontraksi pada sektor manufaktur, sebuah sinyal perlambatan ekonomi yang jelas dan merupakan yang pertama kalinya dalam beberapa kuartal terakhir.

Kekhawatiran semakin dalam setelah data pasar tenaga kerja juga menunjukkan pelemahan. Laporan mingguan menunjukkan klaim awal tunjangan pengangguran naik selama tiga minggu berturut-turut, mencapai 245.000 klaim. Angka ini mengindikasikan bahwa pasar kerja yang sebelumnya sangat kuat kini mulai kehilangan momentum.

Dampak Kebijakan Tarif dan Perang Dagang

Para ekonom secara luas mengaitkan pelemahan data-data ini dengan kebijakan ekonomi baru yang diterapkan sejak awal tahun 2025. Fokus utama tertuju pada strategi perdagangan agresif yang kembali dijalankan, terutama pengenaan tarif impor yang tinggi terhadap barang-barang dari mitra dagang utama seperti Tiongkok dan Uni Eropa.

Kebijakan ini dengan cepat memicu tindakan balasan. Akibatnya, perusahaan-perusahaan AS kini menghadapi dua tekanan berat:

  1. Biaya Produksi Naik: Tarif impor membuat harga bahan baku dan komponen yang didatangkan dari luar negeri menjadi lebih mahal.
  2. Ekspor Terhambat: Tarif balasan dari negara lain membuat produk ekspor AS menjadi lebih mahal dan kurang kompetitif di pasar global.

“Ini adalah bukti awal bahwa perang dagang adalah pedang bermata dua,” ujar seorang analis ekonomi dari Wall Street. “Anda tidak bisa membatasi impor tanpa menghadapi konsekuensi pada ekspor dan rantai pasok. Sektor manufaktur adalah yang pertama merasakannya.”

Reaksi Pasar dan Proyeksi ke Depan

Pasar finansial merespons negatif berita ini. Bursa saham Wall Street, termasuk indeks Dow Jones dan S&P 500, langsung anjlok pada sesi perdagangan terakhir karena investor cemas akan potensi resesi.

Ketidakpastian yang diciptakan oleh kebijakan perdagangan ini juga membuat banyak perusahaan menunda rencana investasi dan perekrutan karyawan baru. Para analis kini meningkatkan proyeksi kemungkinan terjadinya resesi di AS pada akhir 2025 atau awal 2026 jika ketegangan dagang terus berlanjut tanpa solusi.

Data-data terbaru ini menempatkan perekonomian AS di persimpangan jalan, dengan pasar kini menanti dengan cemas langkah kebijakan selanjutnya dari Washington dan data ekonomi yang akan datang.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours