Berita Bijak – Ekonomi, Senin (07/07/2025). Pemilik emas global tengah diselimuti ketidakpastian jelang dua momen besar pekan ini yang berpotensi mengocok kembali harga logam mulia. Setelah mencatatkan kenaikan impresif hampir 25% sepanjang paruh pertama tahun 2025—mengungguli sebagian besar kelas aset lainnya—emas kini menghadapi ujian dari kebijakan moneter dan dinamika perdagangan global.
Pada Senin pagi (7/7), harga emas spot global sedikit melemah di kisaran US3.327−US3.345 per troy ounce, menunjukkan volatilitas pasar menjelang pengumuman penting.
Dua Momen Besar yang Memicu Ketegangan:
- Notulen Rapat Bank Sentral AS (The Fed): Pasar dengan cermat menanti rilis notulen rapat Federal Open Market Committee (FOMC) terbaru. Setelah laporan tenaga kerja AS yang kuat meredakan ekspektasi penurunan suku bunga pada Juli ini, notulen tersebut akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai jalur kebijakan moneter The Fed di masa depan. Sinyal suku bunga yang lebih tinggi cenderung menekan harga emas, karena meningkatkan daya tarik aset berpendapatan tetap.
- Batas Waktu Tarif AS (9 Juli): Batas waktu penangguhan tarif era Donald Trump pada impor dari beberapa negara, termasuk India, akan berakhir pada 9 Juli. Potensi pemberlakuan kembali tarif ini dapat menciptakan gejolak di pasar keuangan dan kembali mendorong permintaan emas sebagai aset safe-haven.
Mengapa Harga Emas Tetap Menarik di Tengah Volatilitas?
Terlepas dari fluktuasi jangka pendek, sejumlah faktor fundamental masih menjadi penopang kuat bagi emas:
- Lindung Nilai Inflasi dan Kekhawatiran Defisit Fiskal: Meningkatnya kekhawatiran akan inflasi global dan membengkaknya defisit fiskal AS (diproyeksikan akan menambah triliunan dolar pada utang AS) menjadikan emas pilihan utama sebagai pelindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi.
- Pelemahan Dolar AS: Nilai tukar Dolar AS yang cenderung melemah membuat emas, yang diperdagangkan dalam dolar, menjadi lebih murah bagi investor dengan mata uang lain, sehingga meningkatkan permintaan.
- Pembelian oleh Bank Sentral dan Arus Masuk ETF: Pembelian emas yang terus berlanjut oleh bank-bank sentral dunia untuk cadangan devisa, serta arus masuk yang kuat ke Exchange Traded Funds (ETF) berbasis emas, menunjukkan minat institusional dan ritel yang solid terhadap logam mulia ini.
- Ketegangan Geopolitik: Meskipun sempat mereda, ketegangan geopolitik yang mendasari, seperti konflik di Timur Tengah, terus menjadi faktor pendorong permintaan safe-haven untuk emas.
Dengan adanya momen krusial pekan ini, analis memprediksi volatilitas akan terus mendominasi pasar emas. Namun, fundamental jangka panjang yang didukung oleh inflasi, risiko fiskal, dan permintaan institusional, tetap menjaga daya tarik emas sebagai aset strategis.
+ There are no comments
Add yours