Berita Bijak – Internasional, Jumat (18/07/2025). Kecelakaan fatal Air India penerbangan AI 171 yang terjadi pada 12 Juni lalu di Ahmedabad, India, dan menewaskan 260 orang penumpang serta 19 orang di darat, kini memasuki babak baru yang sangat kontroversial. Meskipun investigasi resmi masih berlangsung, laporan awal dan analisis dari beberapa pakar penerbangan terkemuka mengarah pada dugaan mengejutkan: kapten pilot pesawat Boeing 787 Dreamliner tersebut diduga sengaja mematikan sakelar pasokan bahan bakar mesin.
Menurut laporan awal dari Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India (AAIB) yang dirilis Sabtu pekan lalu (12/7), rekaman suara kokpit (Cockpit Voice Recorder/CVR) mengindikasikan percakapan antara dua pilot sesaat setelah lepas landas. “Salah satu pilot terdengar bertanya kepada yang lain mengapa ia memutus (pasokan bahan bakar). Pilot lainnya menjawab bahwa ia tidak melakukannya,” demikian bunyi laporan AAIB.
Yang menjadi fokus kontroversi adalah temuan bahwa kedua sakelar kontrol bahan bakar mesin 1 dan 2 berpindah dari posisi “RUN” ke “CUTOFF” secara berurutan dalam waktu satu detik, hanya tiga detik setelah pesawat lepas landas. Pakar penerbangan seperti Kapten Mohan Ranganathan (India) dan beberapa pejabat AS yang tidak disebutkan namanya (dikutip oleh Wall Street Journal) menilai bahwa pemindahan sakelar ini memerlukan upaya fisik yang disengaja, dan kecil kemungkinannya terjadi secara tidak sengaja.
Dugaan Bunuh Diri Pilot dan Penolakan Asosiasi Pilot:
Spekulasi mengenai bunuh diri pilot segera merebak di media internasional dan publik. Beberapa laporan mengklaim Kapten Sumeet Sabharwal, yang bertindak sebagai pilot pemantau (pilot monitoring), diduga mematikan sakelar bahan bakar, sementara kopilot Clive Kunder adalah pilot yang sedang menerbangkan pesawat (pilot flying). Bahkan ada dugaan mengenai riwayat medis tertentu yang dimiliki kapten pilot.
Namun, dugaan ini ditentang keras oleh Asosiasi Pilot Komersial India (ICPA) dan Federasi Internasional Asosiasi Pilot Maskapai Penerbangan (IFALPA). Mereka mengecam keras “insinuasi bunuh diri pilot yang sembrono dan tidak berdasar” tanpa bukti yang terverifikasi. ICPA menegaskan bahwa pilot menjalani skrining psikologis ekstensif dan beroperasi di bawah standar keselamatan tertinggi. Mereka menuntut penyelidikan yang adil, faktual, dan tidak bias, serta memperingatkan agar tidak menarik kesimpulan prematur yang dapat menodai profesi dan menyakiti keluarga korban.
AAIB sendiri menyatakan bahwa laporan awal mereka hanya bertujuan memberikan informasi “APA yang terjadi” dan masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan definitif. Investigasi penuh masih berlangsung, termasuk analisis puing-puing, laporan post-mortem, dan inspeksi komponen.
Kasus ini tidak hanya menimbulkan duka mendalam bagi keluarga korban, tetapi juga memicu perdebatan sengit tentang etika pelaporan investigasi kecelakaan, peran data CVR, serta tekanan yang dihadapi oleh pilot penerbangan.
+ There are no comments
Add yours